Welcome

Kamis, 10 Januari 2013

Malam ini..

~Ami somodro Valobasi~

 Tuhan tau..
Malaikat mengerti..
Alam memahami..
Aku rindu..

Aku tau..
Dan mengerti..
Juga memahami..
tak pernah terjawab, rinduku..

10 Januari
Cuma untuk diriku!

(cobalah) untuk mencintai buku!

Iqra' (Bacalah) dan perintah pertama yang turun adalah membaca. Buku adalah teman yang yang setia, guru yang tak pernah marah ia juga mata air yang mengaliri ilmu, dan apapun arti buku buatmu, buatku aku cinta.
Sejak umurku belum genap 5 tahun, bapak sudah membelikan buku cerita dongeng bergambar. Masa anak-anak sampai remaja, aku akrab dengan majalah Bobo, kawanku sampai majalah Intisari kakek yang "kucuri" dari lemari beliau, juga tabloid Nova punya mama.
Sebenarnya tanpa sadar aku ada didekat buku. Waktu kuliah memang jarang membeli buku, setelah kerja baru mulai lagi. Bayangkan, 2 tahun di Jakarta mesti memaketkan lebih dari 20kg buku dan majalah sebelum pulang. Aku lebih menyukai "shopping" buku dari pada baju, tas atau sepatu.
Aku masih milih-milih buku, yang gak "berat", kebanyakan novel atau seri travelling.

Dengan buku aku merasa menjelajahi dunia, mempelajari budaya, dan mengambil pengalaman si penulis tanpa repot harus benar-benar mengalaminya.
Buku, aku ingin punya perpustakaan dan pustaka itu kelak akan jadi harta warisan buat anakku. Anak harus cerdas bukan pintar, karena dengan cerdas dia mampu membijaki keadaan.

Aku sering bertanya pada orang terdekat, "suka membaca?" ada yang menjawab suka, lumayan bahkan tidak.
Membaca sesungguhnya tidak cuma dari buku, memaknai kejadian demi kejadian juga bentuk "membaca". Percayalah dengan semakin banyak tau, hidup Insya Allah akan lebih mudah. Buat siapapun yang BELUM suka membaca, coba ambil 1buku dari genre yang paling kamu sukai, dan tanyai orang apa buku itu bagus dan cukup ringan? Mulai dari sana, lama-lama akan terbiasa, malah bisa-bisa lupa waktu.
Orang diluar negeri lebih banyak menghabiskan waktu membaca dibanding orang kita. Bahkan ikon sebuah universitas ternama dunia tampak dari kelengkapan koleksi bukunya, padat pengunjung pustakanya. Dan mereka MAJU, unggul dari kita. Jangan mau kalah, dan Allah telah menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk, dan perintah untuk membaca.

Catatan Chi, Happy Reading :)

Rabu, 09 Januari 2013

Aku hampir lupa, itu proses panjang karena aku menikmatinya, edisi menulis.

Malam ini, berkat beredar di twitter dan menyimak seseorang yang curcol tentang belajar menulis puisi, saya disadarkan! Benar kata dia, kita butuh belajar, berproses bahkan gagal buat menjadi mahir. Kalau dirunut kebelakang, saya mulai aktif buat puisi 2004 awal-awal jadi mahasiswi. Pernah dikuliah bersama, di gedung A, saat dosen menerangkan saya malah sibuk menulis *jangan ditiru ya* Tujuannya waktu itu buat pamer pada sahabat maya saya anak UGM! Lalu 2004-2008, sahabat maya saya yang lain, anak USU sekaligus jadi patner berpuitis ria. Kadang kami saling mengirim sms puitis dan berbalasan atau email berupa puisi. Tanpa sadar inilah yang mengasah kemampuan saya main kata-kata, benar kata orang BISA KARENA BIASA! Setelah putus hubungan, saya kehilangan patner, lawan tanding, dan kawan bermain kata. Tapi saya tidak berhenti menulis puisi. Sering kali rasa KAGUM pada seseorang melahirkan puisi. Rasa yang terpendam yang tak berani diungkap juga saya jadikan puisi. Saat RINDU pada orang yang tidak tau bahwa dia dirindukan juga jadi puisi.

Jadi, kalau sekarang membuat puisi itu mudah bagi saya, itu karena latihan yang panjang. Hampir 9tahun. Dan ini menyadarkan saya LAGI, mengapa saya BELUM mahir juga kesulitan membuat cerpen? Jawabannya: karena saya TIDAK BANYAK berlatih dan berproses layaknya berpuisi.

Catatan C, di jam11malam lewat!

Selasa, 08 Januari 2013

Catatan Penulis Amatir yang DITOLAK

Hmmm... sebenarnya semalam sudah membuat tulisan mengenai tolak di tolak, tapi setelah ready, Hpnya malah Ngadat tepatnya signalnya *pukpuk* si Chi, gak jadi posting notes. Nah, biarlah yang lalu berlalu, hari ini akan kubuat lagi catatan kecil mengenai pengalamanku DITOLAK, uuuh sakiiit! Bukan soal ditolak pria ya, haha.. *kidding* ini soal lomba, yang diadakan sebuah komunitas, lombanya sendiri cukup lama waktunya sekitar 1bulan. Intinya peserta diminta membuat sebuah fiksi (maksimal 3karya/orang), dengan tema/ ide yang diambil dari sebuah rekaman video. Maka, demi meramaikan lomba, ikut sertalah saya. Berhubung bulan Desember lalu, penyakit malas sedang kumat, maka cuma menyetor 1 cerita. Beberapa malam yang lalu... si aDMIN MENGUPDATE DAFTAR PESERTA, CEK& RICEK, KOK NAMAKU GAK ADA YA? lalu..
Aku konfirmasilah ke Ybs, dan admin menjawab "kamu yang hari itu bikin puisi kan?" Ahaaa, aku diingat.. "Ya", jawabku. Dan...
As u know, FIKSI tak sama dengan PUISI dan karyaku, tak masuk KRITERIA, aku DITOLAK. Sebelum sempat masuk ke medan perang. Alamaaak.. pedih.
Tapi, aku sadar, puisi jelas2 tak sama dengan fiksi, maka ini kujadikan cambuk, lecutan yang walaupun sakit, megajariku bahwa, ketika kita berlomba, lihatlah RULE alias aturan mainnya. Menjadi beda dan UNik memang penting, tapi kita tak bisa keluar dari jalur. So, menulis itu menyenangkan, walau ditolak, aku akan tetap menulis, menemukan lomba-lomba lain sampai kapanpun :)

Catatan chi, 9 Januari 2013

Minggu, 06 Januari 2013

Menulislah dengan Hatimu :)

Sore ini aku membaca sebuah buku A cup of tea for writer yang aku beli di penerbit stiletto ( @stiletto_book ). Buku ini berkisah tentang cerita, pengalaman hidup dan lika-liku sebagai seorang penulis. Didalamnya ada beberapa penulis tamu (mereka yang secara nasional diakui) seperti Ollie/ Salsabeela, Ika Natassa, dll. Sampai saat aku menulis catatan ini, aku baru membacanya di halaman 68. Awalnya aku merasa belum ada yang terlalu greget di kisah ini. Sampai di cerita yang ditulis Mercy Sitanggang, seseorang yang lahir dalam keluarga penulis, ayah beliau M.A Sitangga seoang wartawan & abangnya juga penulis. Pun begitu, mercy tidak ingin menjadi penulis, namun takdir ternyata membawanya menjadi penulis. Setelah kematian ayah tercinta karena sakit & sang abang karena serangan jantung, yang tertinggal adalah kenangan, mesin ketik tua dan warisan buku-buku yang lebih berharga dibanding uang.
Sebuah nasehat bijak sang ayah pada Mercy yang membuat aku tersadar sekaligus tertampar. "Kalau kau akhirnya nanti menulis, tulis sesuatu yang jujur".  Nasihat sederhana yang teramat dalam. Kapan terakhrir kalinya aku menulis dengan jujur?? Buatku menulis dengan jujur adalah ketika aku membawa hatiku dalam tiap tulisanku.Aku punya prinsip dan aku selalu mengatakan pada siapapun: Puisi adalah hatiku! Ya, karena 90% yang kutulis di Blog, di Notes Fb yang berupa puisi adalah lahir dari apa yang aku rasakan saat itu. Tapi bagaimana dengan cerpen dan novel?? aku selalu merasa Cerpenku "Tumpul" dan Novelku "Stagnan", kenapa??? Karena nasihat inilah aku tersadar, mungkin aku memang menulis, tapi dengan banyak alasan, bukan dengan jujur tanpa membawa hatiku didalamnya, mungkin buat menang mungkin buat sekedar berpartisipasi dalam lomba saja!! Aku jadi ingat 2 buah cerpenku yang pernah masuk ke antologi cerpen nulisbuku.com, dan saat itu aku menulis membawa hatiku didalamnya dan terpilih. Hanya, sampai disitu saja, aku tak pernah lagi menang lomba cerpen.
Aku juga jadi ingat pula, saat aku dua kali menang lomba blog yang diadakan @salsabeela (ollie) dengan @salsabeelashop ( brand baju muslimah by ollie), aku menulis dengan hati, tanpa mengedepankan ingin menang *walaupun, siapa sih yang gak pengen menang??

Ya, hari ini, terimakasih yang sangat besar, buat Mercy Sitanggang dan alm M.A sitanggang, mereka membuka hati dan pikiranku, dan mengingatkan aku tentang bagaimana cara menulis. Menulislah, bawalah hatimu disana, dan kabar baik atau apresiasi orang lain otomatis akan mengikut saja tanpa diminta.

Catatan Chi, 6 Januari 2013 *Mari menulis*