Perjalanan kembali adah perjalanan yang membuka babak baru dalam hidupku. Meninggal kan kebisingan kota metropolitan yang megah dan gemerlap. Hati ini belum sepenuhnya Iklas, hatiku masih terpaut di Jakarta. Ada alasan yang berspekulasi dengan takdir yang membawaku kembali ke Kota kelahiranku, Padang.
Padang, ibu kota Sumatera Barat, jika di tingkat provisi adalah sebuah kota besar namun di tingkat nasional Padang bukanlah kota yang sangat besar.
Jika kau berkunjung ke bumi Minang, kau akan temui laut, gunung dan keragaman budaya. Padang adalah kota yang berada ditepian pantai, dikelilingi gunung Padang. Menikmati matahari tenggelam adalah suatu suasana tersendiri yang menerbitkan rindu. Disela debur ombak, syahdulah hati melihat bagaimana raja surya sedikit demi sedikit menghilang ke peraduan.
Aku tak pernah menyangka, kembalinya kekota ini akan terpaut cinta. Cinta yang ku harap bisa memautkan hati untuk tinggal disini lagi. Cinta yang bermula dari ketidaksengajaan, karena gurauan mesra. Dulu dia bukan siapa-siapa, namun entah mengapa seniorku itu belakangan jadi sangat mempesona. Sebut saja dia abang, abang yang begitu apa adanya. originalitasnyalah yang memikat hatiku.
Meski tinggal dikota berbeda dan terpaut jarak dua jam. Bagiku jarak hanyakah hitungan kilo meter yang akan jadi bias bila hati telah terpaut. Rasa nyaman bila berbincang dengan abang mengalahkan logikaku. Dia lelaki terbaik yang berhasil menoreh kisah dihatiku. Yang mengajarkan aku banyak hal tentang kehidupan.
"Abang, sekarang Chi di Jam Gadang" itulah sms yang aku kirim pada abang. Pagi itu aku kabur dari tugas kantor, dengan alasan ada acara keluarga. Hatiku sangat resah, karena beberapa minggu ini abang berubah. Ia seolah menjauh dan menjaga jarak denganku. Aku tak puas dan ingin mencari tau. Pagi itu dengan mini bus umum aku berangkat ke Bukittinggi seorang diri. Kesedihanmembayangi perjalananku.
Seorang diri aku duduk di Jam gadang, tempat dimana dulu kami pernah duduk berdua. Aku tau abang tak akan datang. Untuk apa perjalana ini? Hanya untuk membuktikan bahwa aku mampu ke kotamu, meskipun tak ada kamu. Dengan hati yang perih, mengamati lalu lalang orang berseliweran di Jam Gadang. Bukittinggi pagi itu dingin, selepas hujan.
Aku menunggu, waktu yang memacu meninggalkan lalu menyadarkan, bahwa abang tak akan pernah datang. Dia telah pergi dari hidupku. Dan aku pulang kembali ke Padang dengan membawa hati untuk dijaga.
Tugas kantor membuat aku harus kembali melakukan perjalanan, kali ini jauh dari tempat abang. Tepian pantai, dan deru ombak. Aku sangat terpesona. Kota yang benama Painan, di pesisir Selatan Sumatera Barat. Tempat aku membuang resah, dan semua kenangan tentang abang yang hanya sekejap.
Dentum Rindu diantara debur ombak
Samudera, dan terpesonanyiur yang melambai
pasir memutih
laut lepas melumat segala resah
hanyut dan tak kembali lagi
ada yang terdampar dibibir pantai
riak yang mencumbu karang
yang tegarpun terkikis
hingga jatuh dan menyerah
sekejap, apa aku bermimpi
berada ditempat asing
dengan orang yang namanya saja siapa
senyum di antara senja
aroma malam yang kuhirup
sampai ke alam mimpi
apa hak ku meminta Tuhan?
sedikit tau saja tidak
Engkau yang mempertemukan
Biarkan rindu terdampar
menanti ombak menggulungnya
atau akan ada seseorang menyelamatkan rinduku
padang, 31Jan2012
Disanalah kutemukan dia, dia yang membuatku jatuh terpesona. Membuatku lupa akan hati yang terluka. Perjalanan membawa hati untuk menemukan hati.Dia yang juga membisikkan padaku, kemanapun aku berjalan dalam pencarian hidup itu adalah langkah demi langkah takdir yang harus disusuri satu per satu tanpa bisa di lewatkan untuk sampai pada pencarianku. Arti kehidupan,, perjalanan kehidupan
Chi
1Juni 2012