Welcome

Kamis, 31 Mei 2012

Berjalan dengan membawa hati untuk menemukan hati

Perjalanan kembali adah perjalanan yang membuka babak baru dalam hidupku. Meninggal kan kebisingan kota metropolitan yang megah dan gemerlap. Hati ini belum sepenuhnya Iklas, hatiku masih terpaut di Jakarta. Ada alasan yang berspekulasi dengan takdir yang membawaku kembali ke Kota kelahiranku, Padang.
Padang, ibu kota Sumatera Barat, jika di tingkat provisi adalah sebuah kota besar namun di tingkat nasional Padang bukanlah kota yang sangat besar.
Jika kau berkunjung ke bumi Minang, kau akan temui laut, gunung dan keragaman budaya. Padang adalah kota yang berada ditepian pantai, dikelilingi gunung Padang. Menikmati matahari tenggelam adalah suatu suasana tersendiri yang menerbitkan rindu. Disela debur ombak, syahdulah hati melihat bagaimana raja surya sedikit demi sedikit menghilang ke peraduan.
Aku tak pernah menyangka, kembalinya kekota ini akan terpaut cinta. Cinta yang ku harap bisa memautkan hati untuk tinggal disini lagi. Cinta yang bermula dari ketidaksengajaan, karena gurauan mesra. Dulu dia bukan siapa-siapa, namun entah mengapa seniorku itu belakangan jadi sangat mempesona. Sebut saja dia abang, abang yang begitu apa adanya. originalitasnyalah yang memikat hatiku.
Meski tinggal dikota berbeda dan terpaut jarak dua jam. Bagiku jarak hanyakah hitungan kilo meter yang akan jadi bias bila hati telah terpaut. Rasa nyaman bila berbincang dengan abang mengalahkan logikaku. Dia lelaki terbaik yang berhasil menoreh kisah dihatiku. Yang mengajarkan aku banyak hal tentang kehidupan.

"Abang, sekarang Chi di Jam Gadang" itulah sms yang aku kirim pada abang. Pagi itu aku kabur dari tugas kantor, dengan alasan ada acara keluarga. Hatiku sangat resah, karena beberapa minggu ini abang berubah. Ia seolah menjauh dan menjaga jarak denganku. Aku tak puas dan ingin mencari tau. Pagi itu dengan mini bus umum aku berangkat ke Bukittinggi seorang diri. Kesedihanmembayangi perjalananku.

Seorang diri aku duduk di Jam gadang, tempat dimana dulu kami pernah duduk berdua. Aku tau abang tak akan datang. Untuk apa perjalana ini? Hanya untuk membuktikan bahwa aku mampu ke kotamu, meskipun tak ada kamu. Dengan hati yang perih, mengamati lalu lalang orang berseliweran di Jam Gadang. Bukittinggi pagi itu dingin, selepas hujan.

Aku menunggu, waktu yang memacu meninggalkan lalu menyadarkan, bahwa abang tak akan pernah datang. Dia telah pergi dari hidupku. Dan aku pulang kembali ke Padang dengan membawa hati untuk dijaga.

Tugas kantor membuat aku harus kembali melakukan perjalanan, kali ini jauh dari tempat abang. Tepian pantai, dan deru ombak. Aku sangat terpesona. Kota yang benama Painan, di pesisir Selatan Sumatera Barat. Tempat aku membuang resah, dan semua kenangan tentang abang yang hanya sekejap.

Dentum Rindu diantara debur ombak

Samudera, dan terpesona
nyiur yang melambai
pasir memutih

laut lepas melumat segala resah
hanyut dan tak kembali lagi
ada yang terdampar dibibir pantai

riak yang mencumbu karang
yang tegarpun terkikis
hingga jatuh dan menyerah

sekejap, apa aku bermimpi
berada ditempat asing
dengan orang yang namanya saja siapa

senyum di antara senja
aroma malam yang kuhirup
sampai ke alam mimpi

apa hak ku meminta Tuhan?
sedikit tau saja tidak
Engkau yang mempertemukan

Biarkan rindu terdampar
menanti ombak menggulungnya
atau akan ada seseorang menyelamatkan rinduku

padang, 31Jan2012

Disanalah kutemukan dia, dia yang membuatku jatuh terpesona. Membuatku lupa akan hati yang terluka. Perjalanan membawa hati untuk menemukan hati.Dia yang juga membisikkan padaku, kemanapun aku berjalan dalam pencarian hidup itu adalah langkah demi langkah takdir yang harus disusuri satu per satu tanpa bisa di lewatkan untuk sampai pada pencarianku. Arti kehidupan,, perjalanan kehidupan

Chi
1Juni 2012

Selasa, 15 Mei 2012

Auditor yang ingin menjadi penulis


Semangatku membuncah, jantungku berdetak kencang mengingat mimpi-mimpi yang ku punya, mimpi yang telah ku raih, dari sekian banyak mimpi lainnya.Bersyukur Allah pernah memberi kesempatanku melanglangbuana merasaka hiruk pikuknya ibu kota: Jakarta. Disana dimulainya sebuah petualangan yang makin membuat aku memahami siapa diriku ini :)
            2009 Juli, aku melangkahkan kaki menjejak ibu kota, layaknya anak kampung yang baru lulus kuliah tujuanku sama seperti teman-teman, Mengadu nasib mencari pekerjaan. Magnetnya Jakarta.
Bukan hal mudah, itu fakta, 4bulan aku NGANGGUR di jakarta, untunglah ada saudara mama yang berbaik hati menampungku. Nasib mulai berubah, rodapun berputar, kakak sepupu menawarkan pekerjaan disebuah Event Organizer yang cukup terkemuka. Jadilah si C, anak kampung sebagai salah satu staf akuntansi disana.
            Ternyata aku tak cukup mampu mempertahankan kenyamanan disana, 6bulan saja. Lalu nganggur lagi...
Sekarang aku sudah anak kost, tanpa pekerjaan pula. 2bulan lagi aku nganggur, :(
Selama 2bulan itu aku membantu teman menjaga bisnisnya, salah satu francaise Booth Teh. Jam kerja dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam, di depan sebuah minimarket di Tanah Kusir. Hari-hari terasa berjalan lambat, aku tau kini susahnya mencari uang.
            Tuhan mendengar do'aku, aku kembali masuk kantor. Jadi staf akuntansi lagi, sebuah perusahaan swasta di Pancoran, disini aku cuma bertahan 3bulan bukan tak betah. Hanya saja tanpa sengaja aku "tercebur" ke dunia baru yang awalnya adalah coba-coba. Tak pernah ada di benak seorang C buat jadi auditor, beruntung kesempatan itu datang, kesempatan yang membuat si C sadar ternyata ia tak hanya suka pekerjaan baru ini, tapi jatuh cinta.


Aku Di Kantor Akuntan Di Jakarta
Mengukur mimpi
            Aku di terima jadi junior auditor di salah satu Kantor Akuntan Publik (KAP) di Rasuna Said, Kuningan. Banyak ilmu baru dan petualangan ku dapat. Masuk dari satu kantor ke kantor lainnya, "jalan-jalan" :)
            Lalu.... mimpi itu tiba-tiba terhenti, atau harus ku pendam??? Aku di minta kedua orang tua buat pulang ke Padang, Tanah kelahiranku. Tepatnya Agustus 2011, 10 hari sebelum Idul Fitri.
            Aku pulang, diatas mimpi-mimpi aku sadar, ada mimpi lain yang tak pelak untuk diabaikan, mimpi mama& bapak. Di padang aku akan melanjutkan Kuliah Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAK) yang kuharap sejaklan dengan mimpiku. Sepahit-pahit jakarta, masih lebih sulit di sini. Aku melamar ke KAP di kota ini, tapi tak ada feedback. Nyaris putus asa dan tak rela, Mengapa Allah merenggut mimpiku???
            Do'a, harapan terus ku panjatkan.... 3bulan setelah itu, Desember2011, takdir yang membawa teman-teman dari KAP lama tempatku bekerja di Jakarta mendapat klien di Padang, sebuah Bank Daerah. Dan aku ditawari freelance.
Betapa bahagianya aku, mimpi itu ternyata belum berakhir. Ada asa yang tiba-tiba kembali. Pun hanya sesaat, tak mengurangi rasa syukurku.
            Kini Mai 2012, aku telah selesai dengan tugas audit itu. Kembali Jobless. Tapi kali ini aku punya keyakinan Allah akan selalu menolongku, semoga setelah ini akan bisa melanjutkan mimpiku menjadi AUDITOR.. Aamiiiin :)
            Jauh didasar jiwaku aka tersimpan mimpi besar lainnya, menjadi PENULIS dan punya buku. Kecintaanku pada buku berwujud #ProyekPustakaMini (mengumpulkan buku, spesial yang ada tanda tangan penulisnya)
Ini Koleksiku #ProyekPustakaMini
Dua lemari kecil TOTAL Koleksi CHi: buku, komik, majalah dan novel

Jakarta pula yang membuatku bertemu beberapa penulis hebat seperti Asma Nadia, Boim Lebon, Ninit Yuanita, Ollie Salsabeela, dan Tasaro Gk. Semakin termotivasi menulis karenanya.
Sekarang aku sedang mempersiapkan sebuah proyek, Novelku. Di kota kelahiranku aku mulai merajut lagi mimpi itu. Targetku dalam 3bulan novel pertama akan jadi. Novel ini novel empat seri. Bercerita tentang empat lelaki dan 1 wanita yang berrtemu lalu bersahabat dan layaknya anak muda penuh lika-liku cinta.
Mendisiplinkan menulis minimal tiga halaman per hari inilah upayaku. Sedikit banyak cerita ini terinspirasi dari orang-orang sekitarku. Novel ini mimpi besarku, semoga kelak setelah jadi akan mampu diterbitkan di penerbit nasional.
Selain menulis novel, untuk melatih kemampuan menulis aku rajin mengikuti lomba menulis, kontes blog dan sejenisnya. Dengan kompetisi kita jadi terpacu. Semakin banyak latihan aku yakin akan semakin lancer menuangkan huruf-huruf. Selain itu dengan berbagi kisah, siapa tau bisa membagi manfaat buat orang lain.
Kalimat bagi penulis layaknya pedang, yang harus diasah. Pedang itu pula yang dapat dipakai buat hal yang bermanfaat, namun bila tidak hati-hati bisa melukai. Kebebasan memainkan kata adalah kebebasan yang bertanggung jawab yang berharmoni dengan kepentingan orang lain. Aku berharap kelak tak hanya jadi penulis tapi bisa jadi penulis yang baik.
Menulis adalah cara menyeimbangkan otak kiri dan kanan, saat si kiri sibuk dengan angka-angka si kanan diasah dengan menulis. Life must be Balance like a BalanceSheet.