Welcome

Sabtu, 12 Maret 2011

Puisi kolaborasi Chi n Cermin

Ketika Air laut menari-nari di atas bumi:

Tariannya liar, mereka tak sanggup mengikutinya
letih hingga jatuh, tersungkur...mati<CH>

Liar dalam akal, mesra dalam jiwa; jatuh tak terasa hancur, tersungkur tak terasa kabur. Mati untuk hidup kembali: kepadaNya.<CM>

Jiwa itu luruh bersama sapuan..
ia merasa dingin, sangat dingin sampai2 tak ada rasa lagi
menjawab panggilan alam<CH>

Dingin salah satu bahasa cinta; alam menyapu membersihkan diri kita, dari ego kecongkakan manusia, menepis panggilan dari Tuhannya.<CM>

Panggilan yang suka diabaikan
ketika Dia berbisik dengan lembut
menyentuh hati2 yang rapuh
terlena oleh dunia<CH>

Dan diriku teringat akan dosa-dosa, menggunung bak pasir pantai meraja lela. Hanya harap rapuh usaha, semoga dekap Tuhan penuh cinta meluruhkan pasir ke dalam samudera kasih sayangNya. <CM>

Laut akan mendekap pasir, membawa berkelana
mencari sebuah makna
dari pertobatan mkanusia
ku yakin tuhan menjawabnya<CH>

Tobat lahir disetiap hembus napas. Menopang tegaknya sendi-sendi hati. Paru-paru iman menjadi meluas, seperti langit penuh warna-warni pelangi.<CM>

Warna itu biru laut
ada haru tersemat didada
tak kala kata bukan lagi yang utama
dinafas itu terhembus istigfar, Astagfirullahaladzim.<CH>

Sendupun tak hinggap bagi orang yang tegap, menghadap Tuhan setiap saat. Biru laut takkan layu oleh bayu nan haru. Ada doa disetiap kalbu yang merindu; kasih sayang Tuhan setiap waktu.<CM>

Jakarta 12 Maret 2011
Cermin n Chi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar