Tubuh ini mengejang, merindu
Kaku hati terbelit bisu
Aku benci perpisahan
Selalu saja menyakitkan
Harum aroma pagi
Bersama nafas beratmu
senyum yang mengalahkan mentari
menghembus kepulan rokok
bayang-bayang diwajahmu
garis kuat, menegaskan engkau lelaki
yang selalu ingin melindungi
mendekapku dalam rapuh
Energiku habis bersama malam
yang terlalu panjang
tanpa kehadiranmu
pembaringan itu kosong
Masih ku rekam
Sorot matamu yang menerkam
kau telanjangi hatiku
meringis aku, takut
Bisakah kuminta waktu
kembali pada saat itu
Ciumi aku
belahan jiwamu
Haruskah aku marah?
Pada jalang yang merenggutmu
dengan tanpa perasaan dari sisiku
Aku mendendam pada Maut.
Chi
Padang 25 Agustus2012
Jendela malam, dalam khayal kata.
Kaku hati terbelit bisu
Aku benci perpisahan
Selalu saja menyakitkan
Harum aroma pagi
Bersama nafas beratmu
senyum yang mengalahkan mentari
menghembus kepulan rokok
bayang-bayang diwajahmu
garis kuat, menegaskan engkau lelaki
yang selalu ingin melindungi
mendekapku dalam rapuh
Energiku habis bersama malam
yang terlalu panjang
tanpa kehadiranmu
pembaringan itu kosong
Masih ku rekam
Sorot matamu yang menerkam
kau telanjangi hatiku
meringis aku, takut
Bisakah kuminta waktu
kembali pada saat itu
Ciumi aku
belahan jiwamu
Haruskah aku marah?
Pada jalang yang merenggutmu
dengan tanpa perasaan dari sisiku
Aku mendendam pada Maut.
Chi
Padang 25 Agustus2012
Jendela malam, dalam khayal kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar