Welcome

Sabtu, 29 Oktober 2011

Cerpen: Baby Doll



I wanna be your babydoll
Wrap me up nice and tight
Love me all through the night
Come lay me down
Enfold me in your arms (Mariah Carey)

Lagu itu mengalun indah di Café Canaria, saat pertama kali aku kenal ia, Lyla “Baby doll” ku.
“Halo, sendirian aja, Boleh gabung gak?” sapaku ramah. Ia mendelik sekilas, memalingkan wajah manisnya dari Laptop ke mukaku. “Gue Ryan” aku menyodorkan tanganku. Sedetik, dua detik, hampir semenit berlalu dia masih cuek.
“Sampai kapan tangan loe mau diulurkan seperti itu” dia kesal. “Sampai kamu mau menjabatnya” jawabku tak putus asa.
“Lyla” dia membalas, Cuma sebentar kemudian menarik tangannya lagi.


Tangan Lyla sangat halus, terawat seperti juga penampilannya. Sejak saat itu aku tak bisa behenti memikirkan dia. Lyla telah menelusup ke tiap bagian hatiku sampai partikel terkecil. Ryan Wicaksono sedang jatuh cinta, terpesona.

Seperti sebuah novel, saat ini plotnya telah sampai pada satu bab baru lagi. Bab dimana aku berencana membuka lembar baru buat hidup kami. Aku akan melamar Lyla, rencananya di Café Canaria tempat pertama kali aku bertemu dia.

Cincin berlian bermata satu pemberian ibu. “Sayang, jangan lupa ya janji kita jam 7 di Café Kita” aku menelepone mengingatkan dia. “Ya sayang, rapatnya baru saja selesai, aku mau berangkat dari kantor” jawabnya ceria.”Ok, see you  there my baby doll”aku menutup pembicaraan.

Pukul 19.30 belum ada tanda-tanda keberadaan Lyla, aku masih menunggu. Kuputar lagi Lagu Baby Doll itu, berulang-ulang hingga saat Café Canaria ditutup. Lyla Tak datang, Handphonenya juga mati. “Kamu kemana sih sayang” lirihku.

Esoknya Lyla mucul didapan pintu apartemenku. “Sayang, maaf ya semalam aku gak bias datang, di jalan ban mobilku pecah, aku terlalu lelah buat datang ke café. Maaf juga aku gak mengabarimu, Hp ku low bat.” Lyla menjelaskan.
“Sudahlah baby gak apa apa kok. Masih ada lain kali”hiburku.

Rencana melamar Lyla kutunda, aku kehilangan mood. Biarlah mencari waktu yang tepat saja, sekarang aku Cuma ingin menikmati kebersamaan dengan Lyla.

“La ada bunga mawar di atas mejamu” sapa Sita teman sekantorku. Ya, bunga mawar putih, betapa indahnya, pasti dari Ryan” kuambil mawar itu bersama sepucuk kartu.

“My Baby Doll, Selamat Pagi.. Saat pagi datang ku hirup arioma embun basah, damai. Dan sekelebat bayanganmu datang mengecup pucuk rindu di setangkai mawar putih. Lyla I Love you” –Ryan
                                           ***
“Ryan, nanti sore ikut ibu ya, ibu mau ngenalin kamu sama Ratih anaknya Bu Susi teman ibu. Ratih baru datang dari bandung, anaknya cantik dan udah kerja lho” ibu menyentakkan lamunanku. “Gak mau ah Bu, ngapain sih pake ngenalin Ryan segala sama anak teman Ibu? Kalau Lyla cemburu bagaimana. Ryan kan udah punya dia bu.”


“Kamu kenalan saja dulu nak, siapa tau kamu tertarik” ibu membujuk. “Maaf bu, tapi ini bukan pertama kalinya ibu memintaku bertemu anak teman ibu, dulu Dini, Olivia, Nurul, sekarang Ratih. Percuma bu, Cuma Lyla yang bisa bikin aku terpesona” aku menjawab. “Sekali ini saja Nak…”ibu memelas. “Bu, apa sih kurangnya Lyla dimata ibu” tanyaku serius.

Sudah seminggu ibu di Jakarta, seminggu itu pula aku uring-uringan karena ibu gak berhenti mencoba mengenalkan aku dengan anak gadis dari temannya. Sebelum ini aku tak pernah membantah ibu, aku percaya ‘Sorga itu ada dibawah telapak kaki ibu’ tetapi….
                                         ***

“La, kapan kamu mau ketemu ibu sayang” aku mengawali pembicaraan. “Mas, aku gak bisa mas, ibu kamu gak suka sama aku. Lebih baik kamu mulai belajar melupakan aku” jawab Lyla. “Itu mustahil sayang, aku cinta mati sama kamu”
“Aku, gak bisa mas, lebih baik mulai sekarang kita putus. Minggu depan aku akan pindah ke Manado, ayah harus tugas disana.”

Lyla memeluk erat tubuhku. Dia berusaha menahan airmatanya. Aku tak setegar Lyla, aku menagis sambil mengecup keningnya untuk yang terakhir kali. Selamat tinggal my baby doll”.

“Ibu, Aku Putus”
“Apa Nak?” tanya ibu “Aku Putus dari Lyla, sekarang dia pergi meninggalkanku, tak akan ada lagi Lyla bu” aku menagis dalam pelukan ibu.

“Nak ibu sayang kamu” balas ibu.

Catatan ibu:
Ya Allah Ya Robbi, terimakasih Engkau telah mengabulkan do’a hamba. Engkau telah . membantu anak hamba agar bisa ikhlas, sudah satu tahun musibah itu berlalu. Lyla, gadis ayu yang baik hati itu harusnya sudah tenang disisiMu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar